Senin, 02 Juli 2012

Cerpen : Kisah Tanpa Judul

Hai.. Hai.. Udah lama niih nggak nulis disini. Ini nii guys, kali ini aku punya cerpen baru!!!
Cuma nyoba-nyoba siih, tapi yaa semoga cukup menghibur sista and brada yaa.
Selamat membaca  (^____^)


 Kisah Tanpa Judul

Tik…tik…tik terdengar tetesan air hujan yang menggelincir dengan riangnya diatas genting melewati celah demi celah hingga akhirnya jatuh dengan sia-sia ke tanah dan membasahi rerumputan disekitarnya. Yang sejak semalam pula maramaikan tidur si penghuni kamar. Udara dingin pun melengkapi pagi yang berkabut ini hingga tak kunjung  menampakkan sang mentari. Sementara itu, didalam kamar tampak selimut dengan motif Winnie the pooh yang masih melilit erat tubuh si empunya kamar. Sedangkan di luar dedaunan, pepohonan, rerumputan, dan bunga-bunga bergembira ria dengan hujan yang mengenyangkan dan menyegarkan mereka tadi malam.
Pagi ini Dira bangun kesiangan, maklumlah semalam dia begadang. Padahal orang sekitarnya sudah melarangnya untuk tidak begadang, tapi bukan Dira namanya kalau mau mendengarkan nasehat orang lain. Di rumah Dira hanya tinggal dengan ibu dan seorang perempuan  yang biasanya membantu ibu Dira merapikan rumah, Dira biasa memanggilnya mbak Ratna. Orang tua Dira bercerai saat usianya 4 tahun, Dira ikut ibunya dan seorang kakak perempuannya ikut ayahnya. Sejak perceraian orang tuanya Dira tidak pernah bertemu dengan ayah dan kakaknya karena mereka pindah ke Bali, ayahnya menikah lagi dan memiliki seorang putra. Sejak kecil Dira tidak mengenal figure seorang ayah sehingga dia tumbuh menjadi gadis yang keras kepala dan pembangkang.
Ibu Dira seorang wanita karir yang cukup tenar di dunianya, waktunyapun banyak tersita untuk bekerja. Dia jarang memiliki waktu untuk Dira, apalagi setelah Dira memasuki bangku kuliah tidak ada lagi waktu untuk mendengarkan keluh kesah Dira di kampusnya. Semua yang berhubungan dengan keperluan Dira diserahkan pada mbak Ratna. Dira lebih banyak menghabiskan waktunya di luar, dia sering pulang pagi bahkan tidak pulang jika ibunya pergi ke luar kota.  
Sekitar jam 08.15 WIB Dira bangun dari mimpi indahnya semalam dan segera berbenah menuju kampus.
“ Dira…Dir…tunggu”. Dari belakang Tony memanggil Dira dan menimpuk kepala Dira dengan buku
“ woy…sakit tau ”. Dira memegangi kepalanya
“ sorry deh…eh kamu kemarin dicari pak Danar.”
“yah…paling aku dapat omelan lagi. Makasih ya… ”. Dira pergi meninggalkan Tony dan menemui pak Danar.
Sekitar pukul 12.00 Dira sampai di rumah dan langsung masuk kamar. Dia mengambil kotak rokok di dalam tasnya dan menghisap sebatang rokok. Dia sangat kesal karena pak Danar memberikan surat peringatan dan akan mengeluarkannya dari kampus jika surat peringatan yang kesekian kali ini tidak diserahkan pada ibunya . Dira membuka laci dimeja sebelah tempat tidurnya dan mencari-cari sebuah bungkusan, tapi dia tidak menemukannya. Tubuhnya terasa semakin sakit dan menggigil, wajahnya semakin pucat. Dia mengambil ponsel dan menghubungi seorang temannya.

“bos aku butuh barang itu secepatnya, kutunggu di tempat biasa”.
“ok”.  Telepon pun berakhir dengan percakapan singkat itu.

Beberapa menit kemudian Dira memperoleh barang itu dan langsung memakainya. Segala penat yang ada di pikirannya kini hilang dalam sekejap dan seakan-akan tubuhnya melayang merasakan nikmat yang luar biasa. Tak lama kemudian, ponsel Dira berdering tanda sebuah sms masuk. Dibacanya pesan singkat itu yang berisi  “Nanti malam anak-anak ngadain pesta di tempat biasa. Loe harus ikut, ini pesta besar ”, dijawablah pesan singkat itu dengan satu kata tanda persetujuan ”Ok”.

***
Malampun tiba, Dira bergegas  meninggalkan rumah. Dira tidak tahu kalau ibunya ada di rumah dan memperhatikan langkah Dira yang mencurigakan. Kali ini Ibunya mencium gelagat yang aneh dari putrinya, ”untuk apa malam-malam Dira keluar rumah” batinnya dalam hati. Spontan ibunya memanggil sopir dan mengikuti Dira. Ibunya semakin merasa cemas ketika melihat Dira menjemput seorang laki-laki. Mobil Dira berhenti di sebuah rumah yang merupakan markas preman-preman. Perasaan ibunya semakin yakin kalau Dira berbuat macam-macam di dalam, karena cemas dia langsung menghubungi polisi.
15 menit kemudian datanglah 2 mobil polisi dan mereka langsung melakukan penggerebekan. Ibu Dira tak kuasa melihat putrinya yang sedang asyik menikmati obat-obatan terlarang serta meneguk sebotol alkohol dengan garang.

“Dira… apa yang kamu lakukan nak! Sejak kapan kamu seperti ini! Mama memberikan kepercayaan penuh kepadamu tapi kenapa kamu mengecewakan mama!”. Ibunya menangis sejadi-jadinya melihat kondisi Dira.
“ini semua karena mama! Mama egois!, tidak pernah memperhatikan Dira! Aku kesepian ma… aku benci mama..”.

Polisi kemudian membawa Dira dan sepuluh teman-temannya menuju kantor polisi untuk ditindak secara hukum. Polisipun memutuskan untuk selama 8 bulan, Dira beserta teman-temannya harus merasakan dinginnya sel tahanan. 8 bulan kemudian Dira dibebaskan. Selama 8 bulan di tahanan, Dira mulai sadar dengan kesalahannya. Ibunya juga memiliki waktu lebih banyak untuk Dira. Sejak peristiwa itu Dira kehilangan teman-teman dan haknya untuk kuliah di kampusnya. Mereka pindah keluar kota untuk mengubur kenangan pahit di kota itu. Di kota baru itu Dira memasuki salah satu universitas swasta terbaik untuk membuktikan kepada ibunya kalau ia sungguh-sungguh ingin berubah. Di kampus barunya Dira mengenakan jilbab dan dikenal sebagai mahasiswa yang santun serta cerdas. Dira sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan dia sangat bersyukur dengan kehidupanya sekarang. 
Ibunya bangga melihat perubahan Dira. Komunikasi antara keduanya berjalan lancar, tidak ada batas yang memisahkan hubungan keduanya. Ibunya sekarang tahu apa saja yang disukai dan yang tidak disukai Dira. Setiap akhir pekan mereka meluangkan waktu untuk pergi bersama, entah itu pergi belanja atau ke salon bersama.

***
Tidak terasa sudah 1 tahun Dira dan ibunya berada di kota ini. Prestasi Dira di kampus juga banyak, bahkan dia merupakan salah satu mahasiswa teladan. Dira dipercaya oleh teman-temannya untuk menjadi ketua di sebuah organisasi sosial. Dira dan ibunya bahagia dengan kehidupan mereka sekarang. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah situs internet memuat berita tentang masa lalu Dira. Dira kaget dengan berita itu dan tidak menyangka kalau masa lalunya akan terkuak ketika ia sudah menggapai kebahagiaannya. Kini semua orang membenci Dira, orang-orang menganggap bahwa jilbab yang dikenakan Dira hanya sebagai penutup kebusukannya.

“tidak disangka ya luarnya alim, santun, pintar eh ternyata mantan napi…”. Ucap salah seorang teman sekelas Dira.
“heh…kamu itu tidak pantas berada di sini, ini tempat orang-orang terhormat bukan seperti kamu yang seorang pecandu narkoba ”. teman di sebelah Dira menambah cibiran.

Hu…hu…hu…teman-teman Dira mengolok-oloknya. Dira tak sanggup lagi berada di dalam kelas, dia lari keluar dan meninggalkan kampus. Disepanjang jalan menuju tempat parkir, semua orang mencibir Dira. Karena tak sanggup lagi mendengar cibiran teman- temannya ia segera pergi dan pulang kerumah.
Dira terus menangis dan segera masuk ke kamarnya. Mbak Ratna yang melihat dira menangis menjadi cemas dan menelepon ibu Dira. Selang beberapa menit ibunya datang dan menanyakan apa yang terjadi. Kemudian Dira mengambil laptopnya dan menunjukkan sebuah berita yang memuat dirinya.

“ mama baca itu!!”.
“ Dira Ariana Paramitha, putri seorang pengacara kondang Liliana Handoko adalah pecandu narkoba dan pernah dipenjara selama delapan bulan akibat perbuatannya yang dipergoki polisi”. Ibu Dira membaca kalimat pertama berita tersebut dan sontak terkejut.

Ibu Dira sangat tidak menyangka kalau masa lalu putrinya akan beredar luas di salah satu situs internet. Ibunya sudah menyangka bahwa aib yang disimpannya rapat-rapat selama ini pasti akan terbongkar juga bak sebuah peribahasa ”sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga”. Ibunya hanya bisa menyuruh Dira untuk bersabar dan menerima cobaan ini dengan tabah.
“ Dira…kamu yang tabah ya nak mama selalu disisimu”.
“terima kasih ma…tapi kenapa semua muncul ketika aku meraih kebahagiaanku ma. Ketika aku sudah benar-benar ingin berubah!”
“kamu yang sabar nak…”
“kenapa semua orang menganggap Dira ini hina, munafik, bahkan sampah yang harus dibuang!”
“tidak Dira….kamu bukan sampah!, mereka tidak tau betapa beratnya cobaan yang telah kamu hadapi demi perubahan ini. Jangan dengarkan hinaan dan cercaan mereka. Mama yang lebih tau bagaimana anak mama sekarang”. Ibunya memeluk Dira dan menenangkannya hingga akhirnya Dira tertidur lelap di pelukan ibunya.

***
Satu bulan berlau.
Semenjak berita yang menguak masa laluanya beredar, kehidupan Dira berubah 180 derajat. Dira merasa frustasi dan merasa ingin kembali ke kehidupannya yang dulu. Dia mencoba menghubungi teman-teman lamanya. Mereka mengundang Dira untuk datang ke markasnya. Dira setuju dan berangkat pagi itu juga.

“ma…Dira ingin menenangkan diri. Mungkin 1 minggu, mama jangan kasih tau orang lain dimana keberadan Dira ya”
“kamu mau berlibur kemana sayang?”.
“aku ingin ke tempat yang pernah  kita tinggali dulu ma”.
“Dira… kenapa harus kesana?” keluh mamanya.
”ma... Dira sangat merindukan tempat dimana Dira menghabiskan masa kecil Dira dulu. Dira ingin mengenang itu semua ma”. Jawab Dira sembari mengemas barang-barangnya ke dalam tas.
” mama percaya dengan kamu nak. Jangan kamu sia-siakan kepercayaan mama lagi ya”.
”iya ma, makasih”.

Setelah diizinkan oleh ibunya, Dira pergi meninggalkan rumah. Ibunya masuk ke kamar Dira untuk membereskan kamarnya karena mbak Ratna sedang sakit. Ketika membereskan kamar Dira, ibunya menemukan bungkus rokok di tempat sampah. Timbul kecurigaan dari ibunya kalau Dira kembali seperti yang dulu. Tanpa membuang waktu ibu Dira segera menyusul Dira. Sesampai disana, ia melihat rumahnya sepi dan terkunci. Ibunya semakin cemas, dia langsung masuk ke mobil dan menyuruh sopirnya menuju tempat dimana dulu Dira berpesta narkoba.
Kecurigaan ibunya ternyata benar, mobil Dira parkir tepat di depan rumah itu. Tetapi rumah itu sepi seperti tidak ada orang. Ibu Dira langsung masuk dan melihat Dira tergeletak di lantai, dan dari mulut Dira keluar busa dan tubuhnya kejang-kejang. Dira langsung dilarikan ke rumah sakit. Dira mengalami overdosis. Ibunya memutuskan untuk memasukkan Dira ke panti rehabilitasi setelah Dira diperbolehkan pulang. Entah butuh berapa lama untuk menyadarkan Dira dari kesalahannya. Meskipun Dira telah menyia-nyiakan kepercayaan ibunya, tapi kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah pudar untuk selama-lamanya. Meskipun ia disia-siakan oleh anaknya, seorang ibu tidak akan pernah sedikitpun membenci anak-anaknya. The Mom’s love never die.

~THE END~