Cuma nyoba-nyoba siih, tapi yaa semoga cukup menghibur sista and brada yaa.
Selamat membaca (^____^)
Kisah Tanpa Judul
Tik…tik…tik
terdengar tetesan air hujan yang menggelincir dengan riangnya diatas genting
melewati celah demi celah hingga akhirnya jatuh dengan sia-sia ke tanah dan
membasahi rerumputan disekitarnya. Yang sejak semalam pula maramaikan tidur si
penghuni kamar. Udara dingin pun melengkapi pagi yang berkabut ini hingga tak
kunjung menampakkan sang mentari. Sementara
itu, didalam kamar tampak selimut dengan motif Winnie the pooh yang masih
melilit erat tubuh si empunya kamar. Sedangkan di luar dedaunan, pepohonan, rerumputan,
dan bunga-bunga bergembira ria dengan hujan yang mengenyangkan dan menyegarkan
mereka tadi malam.
Pagi ini Dira bangun kesiangan, maklumlah
semalam dia begadang. Padahal orang sekitarnya sudah melarangnya untuk tidak
begadang, tapi bukan Dira namanya kalau mau mendengarkan nasehat orang lain. Di
rumah Dira hanya tinggal dengan ibu dan seorang perempuan yang biasanya membantu ibu Dira merapikan
rumah, Dira biasa memanggilnya mbak Ratna. Orang tua Dira bercerai saat usianya
4 tahun, Dira ikut ibunya dan seorang kakak perempuannya ikut ayahnya. Sejak
perceraian orang tuanya Dira tidak pernah bertemu dengan ayah dan kakaknya
karena mereka pindah ke Bali, ayahnya menikah lagi dan memiliki seorang putra.
Sejak kecil Dira tidak mengenal figure seorang ayah sehingga dia tumbuh menjadi
gadis yang keras kepala dan pembangkang.
Ibu Dira seorang wanita karir yang cukup
tenar di dunianya, waktunyapun banyak tersita untuk bekerja. Dia jarang
memiliki waktu untuk Dira, apalagi setelah Dira memasuki bangku kuliah tidak
ada lagi waktu untuk mendengarkan keluh kesah Dira di kampusnya. Semua yang
berhubungan dengan keperluan Dira diserahkan pada mbak Ratna. Dira lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar, dia sering pulang pagi bahkan tidak pulang jika
ibunya pergi ke luar kota.
Sekitar jam 08.15 WIB Dira bangun dari
mimpi indahnya semalam dan segera berbenah menuju kampus.
“ Dira…Dir…tunggu”. Dari
belakang Tony memanggil Dira dan menimpuk kepala Dira dengan buku
“ woy…sakit tau ”. Dira memegangi
kepalanya
“ sorry deh…eh kamu kemarin
dicari pak Danar.”
“yah…paling aku dapat omelan
lagi. Makasih ya… ”. Dira pergi meninggalkan Tony dan menemui pak Danar.
Sekitar pukul 12.00 Dira sampai di rumah
dan langsung masuk kamar. Dia mengambil kotak rokok di dalam tasnya dan
menghisap sebatang rokok. Dia sangat kesal karena pak Danar memberikan surat
peringatan dan akan mengeluarkannya dari kampus jika surat peringatan yang
kesekian kali ini tidak diserahkan pada ibunya . Dira membuka laci dimeja
sebelah tempat tidurnya dan mencari-cari sebuah bungkusan, tapi dia tidak
menemukannya. Tubuhnya terasa semakin sakit dan menggigil, wajahnya semakin
pucat. Dia mengambil ponsel dan menghubungi seorang temannya.
“bos aku butuh barang itu
secepatnya, kutunggu di tempat biasa”.
“ok”. Telepon pun berakhir dengan percakapan
singkat itu.
Beberapa menit kemudian Dira memperoleh
barang itu dan langsung memakainya. Segala penat yang ada di pikirannya kini
hilang dalam sekejap dan seakan-akan tubuhnya melayang merasakan nikmat yang
luar biasa. Tak lama kemudian, ponsel Dira berdering tanda sebuah sms masuk.
Dibacanya pesan singkat itu yang berisi
“Nanti malam anak-anak ngadain pesta di tempat biasa. Loe harus ikut,
ini pesta besar ”, dijawablah pesan singkat itu dengan satu kata tanda
persetujuan ”Ok”.
***
Malampun tiba, Dira bergegas meninggalkan rumah. Dira tidak tahu kalau
ibunya ada di rumah dan memperhatikan langkah Dira yang mencurigakan. Kali ini Ibunya
mencium gelagat yang aneh dari putrinya, ”untuk apa malam-malam Dira keluar
rumah” batinnya dalam hati. Spontan ibunya memanggil sopir dan mengikuti Dira.
Ibunya semakin merasa cemas ketika melihat Dira menjemput seorang laki-laki.
Mobil Dira berhenti di sebuah rumah yang merupakan markas preman-preman.
Perasaan ibunya semakin yakin kalau Dira berbuat macam-macam di dalam, karena
cemas dia langsung menghubungi polisi.
15 menit kemudian datanglah 2 mobil polisi
dan mereka langsung melakukan penggerebekan. Ibu Dira tak kuasa melihat
putrinya yang sedang asyik menikmati obat-obatan terlarang serta meneguk
sebotol alkohol dengan garang.
“Dira… apa yang kamu lakukan
nak! Sejak kapan kamu seperti ini! Mama memberikan kepercayaan penuh kepadamu
tapi kenapa kamu mengecewakan mama!”. Ibunya menangis sejadi-jadinya melihat kondisi
Dira.
“ini semua karena mama! Mama
egois!, tidak pernah memperhatikan Dira! Aku kesepian ma… aku benci
mama..”.
Polisi
kemudian membawa Dira dan sepuluh teman-temannya menuju kantor polisi untuk
ditindak secara hukum. Polisipun memutuskan untuk selama 8 bulan, Dira beserta
teman-temannya harus merasakan dinginnya sel tahanan. 8 bulan kemudian Dira
dibebaskan. Selama 8 bulan di tahanan, Dira mulai sadar dengan kesalahannya.
Ibunya juga memiliki waktu lebih banyak untuk Dira. Sejak peristiwa itu Dira kehilangan
teman-teman dan haknya untuk kuliah di kampusnya. Mereka pindah keluar kota untuk mengubur kenangan
pahit di kota itu. Di kota baru itu Dira memasuki salah satu universitas swasta
terbaik untuk membuktikan kepada ibunya kalau ia sungguh-sungguh ingin berubah.
Di kampus barunya Dira mengenakan jilbab dan dikenal sebagai mahasiswa yang
santun serta cerdas. Dira sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan dia
sangat bersyukur dengan kehidupanya sekarang.
Ibunya bangga melihat perubahan Dira. Komunikasi
antara keduanya berjalan lancar, tidak ada batas yang memisahkan hubungan
keduanya. Ibunya sekarang tahu apa saja yang disukai dan yang tidak disukai
Dira. Setiap akhir pekan mereka meluangkan waktu untuk pergi bersama, entah itu
pergi belanja atau ke salon bersama.
***
Tidak
terasa sudah 1 tahun Dira dan ibunya berada di kota ini. Prestasi Dira di kampus juga
banyak, bahkan dia merupakan salah satu mahasiswa teladan. Dira dipercaya oleh
teman-temannya untuk menjadi ketua di sebuah organisasi sosial. Dira dan ibunya
bahagia dengan kehidupan mereka sekarang. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah situs internet memuat
berita tentang masa lalu Dira. Dira kaget dengan berita itu dan tidak menyangka
kalau masa lalunya akan terkuak ketika ia sudah menggapai kebahagiaannya. Kini
semua orang membenci Dira, orang-orang menganggap bahwa jilbab yang dikenakan
Dira hanya sebagai penutup kebusukannya.
“tidak disangka ya luarnya
alim, santun, pintar eh ternyata mantan napi…”. Ucap salah seorang teman
sekelas Dira.
“heh…kamu itu tidak pantas
berada di sini, ini tempat orang-orang terhormat bukan seperti kamu yang
seorang pecandu narkoba ”. teman di sebelah Dira menambah cibiran.
Hu…hu…hu…teman-teman Dira mengolok-oloknya.
Dira tak sanggup lagi berada di dalam kelas, dia lari keluar dan meninggalkan
kampus. Disepanjang jalan menuju tempat parkir, semua orang mencibir Dira.
Karena tak sanggup lagi mendengar cibiran teman- temannya ia segera pergi dan
pulang kerumah.
Dira terus menangis dan segera masuk ke
kamarnya. Mbak Ratna yang melihat dira menangis menjadi cemas dan menelepon ibu
Dira. Selang beberapa menit ibunya datang dan menanyakan apa yang terjadi.
Kemudian Dira mengambil laptopnya dan menunjukkan sebuah berita yang memuat
dirinya.
“ mama baca itu!!”.
“ Dira Ariana Paramitha, putri
seorang pengacara kondang Liliana Handoko adalah pecandu narkoba dan pernah
dipenjara selama delapan bulan akibat perbuatannya yang dipergoki polisi”. Ibu
Dira membaca kalimat pertama berita tersebut dan sontak terkejut.
Ibu Dira sangat tidak menyangka kalau masa
lalu putrinya akan beredar luas di salah satu situs internet. Ibunya sudah
menyangka bahwa aib yang disimpannya rapat-rapat selama ini pasti akan
terbongkar juga bak sebuah peribahasa ”sepandai-pandainya tupai melompat pasti
akan jatuh juga”. Ibunya hanya bisa menyuruh Dira untuk bersabar dan menerima
cobaan ini dengan tabah.
“ Dira…kamu yang tabah ya nak
mama selalu disisimu”.
“terima kasih ma…tapi kenapa
semua muncul ketika aku meraih kebahagiaanku ma. Ketika aku sudah benar-benar
ingin berubah!”
“kamu yang sabar nak…”
“kenapa semua orang menganggap
Dira ini hina, munafik, bahkan sampah yang harus dibuang!”
“tidak
Dira….kamu bukan sampah!, mereka tidak tau betapa beratnya cobaan yang telah
kamu hadapi demi perubahan ini. Jangan dengarkan hinaan dan cercaan mereka.
Mama yang lebih tau bagaimana anak mama sekarang”. Ibunya memeluk Dira
dan menenangkannya hingga akhirnya Dira tertidur lelap di pelukan ibunya.
***
Satu bulan berlau.
Semenjak berita yang menguak masa laluanya
beredar, kehidupan Dira berubah 180 derajat. Dira merasa frustasi dan merasa
ingin kembali ke kehidupannya yang dulu. Dia mencoba menghubungi teman-teman
lamanya. Mereka mengundang Dira untuk datang ke markasnya. Dira setuju dan
berangkat pagi itu juga.
“ma…Dira ingin menenangkan
diri. Mungkin 1 minggu, mama jangan kasih tau orang lain dimana keberadan Dira
ya”
“kamu mau berlibur kemana
sayang?”.
“aku ingin ke tempat yang
pernah kita tinggali dulu ma”.
“Dira… kenapa harus kesana?”
keluh mamanya.
”ma... Dira sangat merindukan
tempat dimana Dira menghabiskan masa kecil Dira dulu. Dira ingin mengenang itu
semua ma”. Jawab Dira sembari mengemas barang-barangnya ke dalam tas.
” mama percaya dengan kamu nak.
Jangan kamu sia-siakan kepercayaan mama lagi ya”.
”iya ma, makasih”.
”iya ma, makasih”.
Setelah diizinkan oleh ibunya, Dira pergi
meninggalkan rumah. Ibunya masuk ke kamar Dira untuk membereskan kamarnya
karena mbak Ratna sedang sakit. Ketika membereskan kamar Dira, ibunya menemukan
bungkus rokok di tempat sampah. Timbul kecurigaan dari ibunya kalau Dira
kembali seperti yang dulu. Tanpa membuang waktu ibu Dira segera menyusul Dira.
Sesampai disana, ia melihat rumahnya sepi dan terkunci. Ibunya semakin cemas,
dia langsung masuk ke mobil dan menyuruh sopirnya menuju tempat dimana dulu
Dira berpesta narkoba.
Kecurigaan ibunya ternyata benar, mobil
Dira parkir tepat di depan rumah itu. Tetapi rumah itu sepi seperti tidak ada
orang. Ibu Dira langsung masuk dan melihat Dira tergeletak di lantai, dan dari
mulut Dira keluar busa dan tubuhnya kejang-kejang. Dira langsung dilarikan ke
rumah sakit. Dira mengalami overdosis. Ibunya memutuskan untuk memasukkan Dira
ke panti rehabilitasi setelah Dira diperbolehkan pulang. Entah butuh berapa
lama untuk menyadarkan Dira dari kesalahannya. Meskipun Dira telah
menyia-nyiakan kepercayaan ibunya, tapi kasih sayang seorang ibu tidak akan
pernah pudar untuk selama-lamanya. Meskipun ia disia-siakan oleh anaknya,
seorang ibu tidak akan pernah sedikitpun membenci anak-anaknya. The Mom’s love
never die.
~THE END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar